1.Teori Letusan Hebat (Big Bang)
Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi
berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan
kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut
memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar
berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut
raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk
galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun,
nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan
nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu,
bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga
membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian,
gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
Perubahan di bumi disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
2. Teori Keadaan Tetap
Kalau kita kembali ke tahun 1948, tidaklah ditemukan informasi yang cukup untuk menguji teori letusan hebat itu (Big Bang). Ahli astronomi Inggris Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris mengajukan teori yang lain, yaitu teori "KEADAAN TETAP", yang menerangkan bahwa jagat raya tidak hanya sama dalam ruang angkasa (ASAS KOSMOLOGI) tetapi juga tak berubah dalam waktu (ASAS KOSMOLOGI YANG SEMPURNA). Jadi asas kosmologi diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi "sempurna" atau "lengkap" dan tidak bergantung pada peristiwa sejarah tertentu. Teori Keadaan Tetap berlawanan sekali dengan Teori Letusan Hebat (Big Bang). Dalam Teori Keadaan Tetap, ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi saling menjauh. Dalam teori ini, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna mengantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat mengatakan bahwa zat baru itu ialah Hidrogen, yaitu sumber yang menjadi asal usul bintang dan galaksi.
Penciptaan zat berkesinambungan dari ruang angkasa yang tampaknya kosong itu diterima secara skeptis oleh para ahli, sebab hal ini rupanya melanggar salah satu hukum dasar fisika; yaitu "HUKUM KEKEKALAN ZAT". Zat tidak dapat diciptakan atau dihilangkan tetapi hanyalah dapat diubah menjadi zat lain atau menjadi energi. Sebaliknya, sukar juga untuk menyanggah secara langsung penciptaan berkesinambungan, sebab jumlah zat menurut teori keadaan tetap, sangat lambat bertambahnya (kira-kira satu atom setiap seribu juta tahun dalam satu volume ruang angkasa).
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT DI INDONESIA
A. Teori Pembentukan Bumi
Geologi
adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan geologi,
terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman
tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan praaksara.
1. Zaman Arkaekum
Zaman ini
berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun. Pada saat itu kulit bumi masih panas
sehingga tidak ada kehidupan.
2. Zaman Paleozoikum
Zaman ini
berlangsung 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini adalah
mikroorganisme, ikan, ampibi, reptil, dan binatang yang tidak bertulang
belakang.
3. Zaman Mesozoikum
Zaman ini
berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan ini jenis reptil
mencapai tingkat yang terbesar sehingga pada zaman ini sering disebut juga
dengan zaman reptil. Contoh hewan reptile adalah Dinosaurus. Setelah
berakhirnya zaman sekunder ini, maka muncul kehidupan yang lain, yaitu jenis
burung dan binatang menyusui masih rendah sekali tingkatannya. Sedangkan jenis
reptilnya mengalami kepunahan.
4. Zaman Neozoikum
Zaman ini
dibedakan menjadi dua zaman, antara lain sebagai berikut.
a. Zaman Tersier
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun.
Yang terpenting dari zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang
menyusui seperti jenis primat. Misalnya, kera.
b. Zaman kuarter
Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan
manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Zaman ini dibagi lagi menjadi dua
zaman, yaitu zaman Plestosen dan Holosen. Zaman Plestosen/Dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang
ditandai dengan adanya manusia purba. Zaman Holosen/Alluvium
berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu dan terus berkembang sampai dewasa
ini. Pada zaman ini ditandai dengan munculnya manusia jenis Homo Sapiens yang memiliki cirri-ciri
seperti manusia sekarang.
Awal kehidupan manusia di muka bumi ini
diperkirakan mulai ada sejak zaman Kala Plestosen atau zaman Dilluvium. Zaman
Kala Plestosen atau Dilluvium berlangsung kira-kira antara 3.000.000 sampai
10.000 tahun yang lalu. Zaman itu disebut juga zaman es (zaman glacial).
Disebut zaman es karena pada masa itu suhu bumi sangat rendah dan gletser es
dari daerah Kutub Utara mencair hingga menutupi sebagian Benua Eropa, Benua
Asia, dan Benua Amerika. Selanjutnya, pecahan es tersebut menyebar
kedaerah-daerah di sekelilingnya. Keadaan alam yang melatarbelakangi kehidupan
masa Kala Plestosen ditandai oleh beberapa peristiwa alam yang memengaruhi
kehidupan manusia. Misalnya, meluasnya permukaan es di sebagian permukaan bumi,
perubahan iklim, naik-turunnya permukaan air laut, munculnya daratan-daratan
baru dari dasar laut, letusan gunung berapi, dan timbulnya sungai dan
danau.nmeluasnya permukaan es pada masa Plestosen menyebabkan turunnya permukaan
air laut. Surutnya air laut disebabkan selama masa perluasan es, bagian
terbesar dari wilayah perairan di dunia membeku. Peristiwa tersebut
mengakibatkan permukaan air laut turun 100-150 meter dari permukaan semula dan
munculnhya daratan baru akibat pendangkalan laut. Daratan baru ini kemudian
menjadi jembatan darat bagi manusia dan hewan untuk berpindah tempat dalam
usahanya mencari makanan atau menghindari bencana alam. Turunnya permukaan air
laut tersebut menimbulkanndaratan baru yang berbentuk daratan rendah atau
perbukitan. Pada masa Kala Plestosen, bagian barat Kepulaun Indonesia yang
sudah mulai stabil pernah terhubung dengan daratan Asia Tenggara. Kepulauan
Indonesia bagian timur yang belum stabil seperti Pulau Papua dan sekitarnya
pernah terhubung dengan daratan Australia. Daratan yang menghubungkan Indonesia
bagian barat dengan Asia Tenggara
Kontinental disebut Paparan Sunda (sunda shelf). Namun, ketika terjadi
kenaikan suhu, maka es dari kutub utara mencair sehingga membentuk lautan yang
luas dan menggelamkan sebagian daratan-daratan rendah yang telah terbentuk
sebelumnya. Akhirnya, wilayah Indonesia bagian barat terpisah kembali dengan
wilayah Asia daratan dan wilayah Indonesia Timur. Perubahan-perubahan alam
tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan manusia purba
di Indonesia.
Terjadinya
perubahan-perubahan alam di dunia memunculkan beberapa teori dan penemuan
tentang asal mula manusia purba di Indonesia. Seorang sarjana bangsa Belanda
bernama Eugene Dubois menyatakan bahwa
manusia purba hidup di daerah tropi karena iklim di daerah tropis stabil. Hal
itu dibuktikan dengan penemuannya berupa fosil Pithecanthropus Erectus (manusia kera berjalan tegak) di daerah
Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Setelah penemuan yang cukup penting bagi ilmu
sejarah oleh oleh Eugene Dubois tersebut muncullah penemuan fosil Meganthropus Palaeojavanicus (manusia raksasa dari jawa) dan fosil manusia homo oleh sarjana Belanda bernama Von
Koenigswald.
No comments:
Post a Comment